"Ada berhamburan rumbai-rumbai lusuh disana, menamparku pada realita. Aku tau, dalam ruang sempit itu ada tanah luas nan lapang diluarnya. Aku terdiam. Menatap. Menahan diri untuk terjun melangkah lebih dalam dan lebih jauh lagi. Tapi... aku terkagum, hanya dengan menatap sekumpulan domba-domba di angkasa senja itu. Aku mencoba meraihnya, namun tanganku tak sampai kesana. Perlahan kupejamkan mata. Aku berkata, pada diriku sendiri bahwa "Aku harus meraihnya. Apapun yang terjadi aku harus pergi dan mendapatkannya". Untuk sesaat aku lupa pada apa yang menjeratku dalam ruang sempit itu. Sehingga aku tidak bisa keluar dari sana. Sesaat kemudian aku sadar. Lalu aku perlahan melepaskan jeratan yang menahanku dengan sepuluh tangan lainnya. Akhirnya aku bisa melangkah, dan terjun lebih dalam. Namun sayang, hal yang kutemui ketika aku berdiri adalah duri yang menancap tajam pada kaki ringkih nan lemah ini. Aku semakin sadar bahwa domba-domba senja itu hampir pudar. Dan aku makin jauh darinya. Aku salah. Atau, apakah ini adalah jawaban? Apakah ini adalah ilusi? Bukan, ini adalah kenyataan. Lantas, bagaimana aku meraih domba senja nan indah itu? Seakan-akan mereka memanggilku. Seakan-akan aku bisa bahagia bersama mereka. Namun, apakah benar bahagia itu? Apakah bahagia harus menyakiti diri sendiri? Atau.. apakah bahagia didapat setelah merasakan sakit? Atau bahagia kita yang menentukan. Rumit.... " -aLvaizah-