Kamis, 25 Juni 2020

Virtual Tourism Indonesia


“Virtual Tourism Indonesia????”

Oleh : Viky Alvin Azizah

  

 

J

auh sebelum konsep revolusi 4.0 lahir yang dikumandangkan pertama kali oleh Klaus Schwab, telah menempatkan banyak kesadaran bersama dalam lingkungan masyarakat Indonesia dimana segala aspek kehidupan telah dijamah oleh hadirnya digitalisasi dalam teknologi. Hal inilah yang mendasari hadirnya Virtual Tourism di Indonesia atau lebih dikenal sebagai Pariwisata Virtual. Virtual Tourism merupakan sebuah inovasi dari teknologi yang mana memungkinkan para pengguna agar bisa bernteraksi secara virtual (melalui dunia maya) dengan suatu daerah atau lingkungan tertentu yang disimulasikan oleh perangkat komputer. Virtual Tourism ini hadir dan digagas oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga sebagai solusi unik dimana hal ini merupakan kolaborasi antara teknologi dan media digital yang mampu untuk membentuk gaya hidup baru khususnya dalam sektor pariwisata. Hal tersebut juga menjadi obat bagi para masyarakat akibat pandemi covid-19 yang melakukan pembatasan sosial berskala besar yang merindukan nikmatnya berwisata dan juga merupakan bukti kemajuan daripada sektor pariwisata. Virtual Tourism kini dapat dikunjungi melalui website secara gratis, dan juga bisa di unduh melalui aplikasi. Pada Jumat, 8 Mei 2020 lalu Kemenparekraf mengadakan demo pertamanya dengan menyelenggarakan acara bertajuk “Ngabuburit Wisata Kopi”. Dalam acara tersebut secara singkat menjelaskan tentang pengalaman serta wawasan baru mengenai keda-kedai kopi legendaris yang ada di Jakarta. Selain sebagai demo kepada masyarakat secara luas, virtual tourism juga dijadikan sebagai langkah marketing gaya baru dimana promosi dilakukan oleh obyek wisata yang ada di tiap-tiap daerah untuk bisa menarik wisatawan. Sebagai destinasi digital, virtual tourism terbukti mampu menjadi solusi terbaik selama masa pandemi covid-19 ini.

Jumat, 05 Juni 2020

Adaptasi Pariwisata Indonesia Menjemput “New Normal”

Adaptasi Pariwisata Indonesia Menjemput “New Normal”

Oleh Viky Alvin Azizah

 


    Seperti yang sudah dilansir oleh 
katadata.co.id bahwa Presiden Jokowi akan menerapkan tatanan normal kembali atau yang biasa disebut dengan "new normal" pada prvinsi daerah yang memiliki tingkat penyebaran covid-19 yang paling rendah (reproduction rate/RO) yaitu dibawah angka 1. Mendengar hal ini tentu saja seluruh pelaku sektor pariwisata akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyambut keadaan baru walaupun bertaruh pada kehadiran wisatawan yang masih sedikit. Selain itu, dari pihak wisatawan sendiripun sebenarnya memiliki kekhawatiran tersendiri dimana mereka mempertanyakan rasa aman yang menjadi kegelisahan mereka ketika akan memulai suatu perjalanan.

 

    Melihat beberapa faktor yang ada, menurut saya sendiri seharusnya ada kerjasama yang kuat anatara pelaku usaha sektor pariwisata, wisatawan, dan juga pemerintah. Sejauh ini, melihat pelaku usaha setelah mendengar akan diberlakukan new normal, banyak yang sudah mempersiapkan dengan matang terkait mitigasi resiko yang dimaksimalkan dalam pelayanan yang ada. Misalnya seperti maskapai penerbangan Emirates yang sudah menerapkan rapid test bagi penumpang sebelum melakukan perjalanan, seperti yang dilansir oleh kompas.com pada awal Juni lalu. Tentu saja itu untuk perusaahan yang besar yang berani mengambil resiko sebelum adanya kerugian besar. Selain itu juga para pelaku usaha bisa mulai menerapkan "healthy travelling" sebagai solusi bagi para wisatawan. Diantaranya seperti:

 

    1. Pembatasan Kuota Open Trip atau gabungan berkendara

    2. Penataan ulang kembali obyek wisata menjadi ekowisata

    3. Penyediaan alat cek suhu tubuh, masker gratis setiap hari dan juga sanitizer

    4. Memanfaatkan aplikasi dengan vitur booking secara digital

   5. Menyiapkan asuransi kesehatan pada setiap produk pariwisata yang dipasarkan

    (sunrise-indonesia.com)

 

    Beberapa hal diatas adalah sebagai contoh bagi para pelaku usaha pariwisata mengenai beberapa kesiapan menyambut new normal di beberapa daerah. Selain itu, bagi para wisatawan harus mempersiapkan dengan matang sebelum melakukan perjalanan, ketika ada kekhawatiran sejak awal, ada baiknya menggunakan jasa asuransi perjalanan yang sudah disediakan. Menyiapkan diri secara sehat sebelum melakukan perjalanan adalah hal yang paling penting. Juga bagi para wisatan ada baiknya mematuhi protokol-protokol kesehatan yang sudah dijalankan atau dianjurkan oleh pihak agen atau obyek wisata itu sendiri.

 

    Bagi pemerintah, haruslah mensosialisasikan protokol kesehatan yang ada pada sejumlah warga sekitar yang juga berperan sebagai pelaku usaha tidak hanya pada pegawai obyek wisatanya atau instansi wisata tertentu saja. Tetapi secara menyeluruh pada aspek yang ada. Bagaiamana mengenai persiapan yang benar menyambut wisatawan yang ada  dan protokol kesehatannya yang menjadi poin utama. Pemerintah juga bisa menghadirkan setiap posko pada setiap obyek wisata dengan bekerjasama pada tenaga kesehatan serta warga sekitar yang ada, untuk meminimalisir penyebaran virus. Ketika beberapa pihak berusaha melakukan yang terbaik dibidangnya masing-masing maka akan timbul keselarasan. Maka kata new normal tidak lagi menjadi kekhawatiran publik akan tetapi akan menjadi sebuah perjuangan di berbagai pihak bersama-sama.