‘’Fanatisme di Indonesia’’
Fanatisme
berasal dari kata “fanatic” dan “isme”. Fanatik adalah sebuah sikap yang
menggambarkan dimana seseorang atau kelompok melakukan atau mencintai sesuatu
hal secara serius dan sungguh-sungguh (HIdayatullah, 1995 Hal. 56). Sedangkan
Isme berarti suatu bentuk sikap yang penuh keyakinan (kepercayaan). Melihat
masyarakat Indonesia sejauh ini dapat kita rasakan juga kita lihat bahwa
masyarakat Indonesia sangat akrab dengan kasus fanatisme yang kerap terjadi.
Hal ini didukung dengan data dari UNESCO yang menyebutkan bahwa minat baca
masyarakat Indonesia yang hanya berkisar 0,001%. Itu artinya dari 1000 orang
yang rajin membaca hanya 1 orang saja. Akibat dari rendahnya minat baca
masyarakat Indonesia mengakibatkan masyarakat Indonesia mengalami “logical
fallacy” atau yang biasa disebut dengan kesalahan dalam penalaran. Hal
tersebutlah yang mendasari adanya stereotip yang muncul di
masyarakat kita saat ini. Stereotip dapat kita jumpai hamper diseluruh bidang
yang ada.
Beberapa contoh kasus akibat adanya
fanatisme bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dari segi
politik, pendidikan, keluarga, dll. Sebagai contoh, murid akan selalu
menganggap benar segala keputusan dari gurunya tanpa mencari tau lebih lanjut.
Kita juga akan langsung mempercayai nasehat-nasehat dan syari’at pemuka agama
padahal belum tentu nasehat/syari’at tersebut
sesuai dengan kehidupan kita saat ini. Tentu saja apabila hal ini terus
terjadi tanpa adanya edukasi lebih lanjut akan berakibat fatal untuk jangka
panjang kedepannya. Ketika kasus fanatisme diatas sudah ditahap akut maka
masyarakat akan mengalami logical fallacy yang mengakibatkan
hambatan dalam komunikasi.
Menurut
Joseph De Vito (2013, hal 14) menyebutkan ada empat hambatan dalam
komunikasi. Salah satunya adalah Psychological Noise yang mana
adalah suatu hambatan dalam berkomunikasi yang mengenai mental seseorang dimana
seseorang tersebut sulit untuk menerima informasi yang ada dikarenakan pemikirannya
tertutup dan adanya emosi negative yang sangat ekstrim. Hal ini bis akita lihat
dari fans dan fandom dari klub sepak bola dan K-pop yang ada di Indonesia. Bagi
klub sepak bola misalnya, mereka yang sudah fanatic dengan tim sepak bola
tertentu tidak akan terima apabila tim sepak bola yang dia dukung kalah.
Akibatnya terjadilah perkelahian massa antar pendukung kedua tim sepak bola.
Tidak jarang kekerasan yang terjadi hingga meregang nyawa seseorang.
Sedangkan
jika kita melihat fandom dari para fans K-pop dapat kita temui bahwa para fans
dari idol K-pop ada yang sampai membuat badan hukum demi melindungi idolanya di
dunia maya. Tak jarang banyak para korban dari dunia maya yang diserang fans
K-pop akibat komentar yang tidak sesuai dengan para fandom idola K-pop.