''Fans & Fandom''
By : V. Alvin Azizah
Fans adalah seorang yang memiliki
ketertarikan yang loyal pada suatu hal. Sedangkan fanatisme merupakan
sebuah keyakinan terhadap objek fanatik yang dikaitkan dengan sesuatu yang
berlebihan pada sebuah objek. Lumrahnya sikap fanatisme ini ditunjukkan dengan
aktivitas dan antusiasme yang ekstrim, ada ketertarikan atau emosi dan rasa
kagum (cinta) dalam waktu yang tidak sebentar (Eliani dkk, 2018: 62)
Dalam praktiknya pun para fans/penggemar tidak hanya sebagai penonton dan
penikmat sajian dari apa yang idola mereka tampilkan tapi juga berperan aktif
dalam membangun kesan dari idol itu sendiri. Dalam bukunya McCudden menyebutkan
bahwa aktivitas yang dilakukan oleh penggemar yang relevan ada lima. Hal
tersebut antara lain adalah penggemar mampu membuat makna (meaning making),
berbagi makna (meaning sharing), berburu (peaching), mengumpulkan
(collecting), dan membangun pengetahuan (knowledge building)(McCudden,
2011 : 14). Kelima hal yang disebutkan oleh McCudden dapat didapatkan dari
fans/penggemar melalui kegiatan fansgirling. Fansgirling adalah sebuah
kegiatan dimana penggemar mesndeskripsikan kegembiraannya secara berlebih atau bahkan
ekstrim terhadap idola tertentu dengan melakukan kelima hal diatas. Fansgirl
adalah sebutan untuk penggemar wanita dan fansboy digunakan untuk
fans laki-laki. Jika kita berpacu dari apa yang McCudden cetuskan, kelima hal
tersebutlah yang mendasari adanya komersialisasi di dalam indutri terkait idol
dan fans. Sebagai contoh yang masih sangat booming untuk dibicarakan adalah
fans dari Korean Music Pop atau yang biasa kita sebut dengan K-Pop. Fans K-pop memiliki penggemar yang banyak
hingga mampu membentuk sebuah fandom. Fandom sendiri adalah singkatan
dari fans dan kingdom. Dalam istilah yang paling dasar fandom
adalah sekelompok fans yang membentuk jaringan sosial dengan satu sama lain
berdasarkan kepentingan bersama mereka dalam membaca dan menonton teks
tertentu. Sederhananya fandom tidak jauh berbeda dari sebuah komunitas. Dimana
para fans disini berkumpul atas dasar kesamaan (homogen) dan hubungan antarindividu
yang tidak intensif bahkan mungkin tidak saling kenal. Para fandom
biasanya memiliki platform tersendiri untuk membagikan apa yang mereka sukai
atau hal-hal yang berkaitan dengan idol mereka. Platform tersebut biasa disebut
dengan fanbase. Disinilah mereka beramai-ramai untuk melakukan sharing
terkait sang idol secara beramai-ramai. Fanbase biasanya ditemukan di media
sosial. Media sosial yang sering digunakan adalah youtube, twitter, instagram,
facebook, blog, dan tmblr. Dari sinilah komersialisasi media terkait idol
dilakukan. Dimana idola akan mengupload music video (MV) mereka,
foto dan video pribadi hingga terkait kegiatan dan jadwal keseharian mereka di
sosial media. Dari mv yang mereka upload
di media sosial youtube misalkan akan mendapatkan banyak LIKE dan SUBSCRIBE
yang bisa menjadi salah satu komoditas pasti bagi pemasukan mereka. Dari foto
dan video pribadi yang mereka unggah ke media sosial bisa bekerjasama dengan
brand-brand tertentu bahkan brand ternama juga merupakan nilai komersial sang
idola. Karena fans akan mengejar tingkat kesamaan dengan sang idola. Semakin
mirip semakin banggalah mereka. Mulai dari pakaian yang mereka pakai,
aksesoris, gaya rambut bahkan akan ditiru oleh sang idola. Oleh karenanya
mengapa banyaknya idol K-Pop yang benar-benar memperhatikan penampilannya.
Karena hal tersebut merupakan komoditi utama juga sebagai salah satu pemasukan
mereka. Tentu saja hal tersebut bagi mereka yang normal dalam mengidolakan sang
idol. Namun ada kalanya seorang fans mampu hingga bersikap ekstrim dimana sang
idola merasa tidak nyaman. Fanatisme ekstrim disini contohnya adalah mereka
yang selalu mengikuti idola kemanapun idola berada. Dengan adanya sosial media
memudahkan para fans untuk mengetahui jejak sang idola dimanapun mereka berada.
Bahkan terparahnya adalah ketika sang fans memulai teror hanya untuk dilihat
sang idola. Hal tersebut tentu saja membuat tidak nyaman bahkan yang terparah
bisa hingga menyerang mental dari sang idola.
Menurut saya pribadi wajar-wajar saja apabila kita mengidolakan
seseorang dan menjadikannya sebagai role model kita. Namun jangan
terlalu terpaku dan melupakan kehidupan nyata dimana seharusnya kita dan
tanggung jawab kita ada disana. Terima kasih J
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauziah, Rizka dan Diah Kusumawati. 2015. Fandom K-Pop
Idol dan Media Sosial. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Rinata, Asfira Rachmad dan Sulih Indra Dewi. 2019. Fanatisme
Penggemar K-Pop Dalam Bermedia Sosial di Instagram. Interaksi : Jurnal
Ilmu Komunikasi. Vol. 8, No. 2, Desember 2019, pp. 13 – 23.
0 komentar:
Posting Komentar